Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Belajar Menjadi Air: Lembut yang Menembus Batu

Gambar
gambar dari pinterest Penulis: Immawan As'ad Fauzuddin Khunaifi (anggota bidang kader Koorkom) Di tengah dunia yang semakin ramai oleh suara tinggi dan sikap kaku, mungkin kita lupa bahwa ada kekuatan lain yang tak kalah hebatnya. Kekuatan yang tak berbunyi, tapi mengubah. Kekuatan yang tak menggertak, tapi perlahan menembus. Ia tidak datang dalam bentuk badai, bukan pula kobaran api. Ia hadir lewat kehadirannya yang nyaris tak terdengar. Namanya air. Air jarang dipuja-puji karena kekuatannya, padahal ia bisa mengikis batu. Ia tidak mengaum seperti angin topan, tidak menyala seperti bara. Tapi justru karena itulah, air menjadi guru yang luar biasa. Dalam diamnya, tersimpan pesan yang dalam. Lentur Mengikuti, Tapi Tak Hilang Arah Air tidak pernah mempermasalahkan wadah. Dituang ke dalam gelas, ia menjadi gelas. Masuk ke dalam kendi, ia menjadi kendi. Mengalir di sungai, ia mengikuti alurnya. Tapi yang menarik, air tetaplah air. Ia tidak kehilangan dirinya hanya karena bentuknya beru...

Ruang Hening di Tengah Riuh Dunia Digital

Gambar
gambar dari pinterest Penulis: Ellys  Ade Syuraya (anggota bidang TKK PK IMM Educare) Dunia semakin bising dengan teknologinya. Notifikasi tak pernah berhenti, chat , reels , dan story  semua membuat kita serasa sibuk. Generasi sekarang tumbuh dengan banyak hal yang seru. Namun, di tengah riuhnya dunia digital, hati kita justru hening dan semakin kosong rasanya. Pernahkah kamu scroll  media sosial berjam-jam untuk mencari hiburan, tapi setelah itu bukan kesenangan yang hadir, justru kamu merasa kosong? Atau saat melihat pencapaian orang lain, hatimu mulai gelisah dan merasa kecil? Atau pikiranmu dipenuhi dengan kekhawatiran dan keraguan terhadap diri sendiri? Kita mungkin terlihat produktif, tapi kita kurang menyadari bahwa batin kita memberi sinyal kelelahan. Kita mampu untuk terhubung ke mana-mana, dengan siapapun, tapi terkadang kita lupa sehingga tidak benar-benar terhubung ke diri sendiri atau ke Allah. Mungkin ada yang secara perlahan, diam-diam terkikis dari hidup ...

Memahami Pengaturan Kekayaan Hak Intelektual

Gambar
gambar dari pinterest Penulis:  Abdul Ghani Hasan (Ketua Bidang Organisasi & HPKP PK IMM Solitical) “Diantara mereka yang paling banyak dosanya adalah ulama, intelektual dan akademisi yang tidak menulis. Mereka patut ditangisi, ketika mati tanpa karya. Karena tahukah kalian, warisan terbesar untuk peradaban adalah pengetahuan, namun sebagaian kita terkubur mati bersama ilmu”   Sebagai mahasiswa hukum, penulis merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memenuhinya. Tugas ini termasuk menjadi seorang pelajar yang kritis dan meninjau masalah masyarakat. Dalam hal ini, ada konflik publik figur mengenai pembayaran royalti lagu. Dari kasus ini, penulis menemukan bahwa masyarakat kurang memahami Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Data dari Direktur Kerja Sama dan Pemberdayaan Kekayaan Intelektual menunjukkan bahwa hampir sembilan puluh persen pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif di Indonesia belum memiliki perlindungan kekayaan intelektual. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, pe...

Laksmana Perempuan Pertama di Dunia Yang Menggetarkan Kolonialisme Barat: Meneladani Perjuangan Keumalahayati

Gambar
gambar dari pinterest Penulis: Abdul Ghani Hasan (Ketua Bidang Organisasi & HPKP PK IMM Solitical)   Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, atau tepat 79 tahun yang lalu, tidak lepas dari peran penting para pejuang dalam upaya mengusir penjajah yang telah lama tinggal di bumi Nusantara. Sudah tidak terhitung berapa banyak nyawa yang telah dikorbankan oleh para pahlawan bangsa untuk mendapatkan kemerdekaan sebagai syarat untuk membangun negara yang berdaulat. Salah satu pejuang itu adalah Keumalahayati. Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pada tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana, Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alaudin Riayat Syah IV. Bukti-bukti sejarah mengenai keumalahayati ditemukan dalam sebuah manuskrip berangka tahun 1254 H (1875 M) yang kini tersimpan rapi di University Kebangsaan Malay...

Senyum Tipis Mahasiswa Akhir dan Pertanyaan: “Lalu, Mau ke Mana Hidupku?“

Gambar
  gambar dari pinterest  Penulis: Immawan Z Dulu, bangga sekali rasanya menyebut diri ‘mahasiswa semester akhir’. Ada semacam aura  bijaksana, sedikit melankolis, tapi tetap terlihat keren. Teman-teman yang baru masuk, atau  adik-adik SMA, seringkali memandang dengan tatapan penuh hormat campur sedikit rasa  kasihan. “Wah, sudah mau lulus, ya,” kata mereka. Kita cuma senyum tipis, entah karena  memang bijaksana, atau karena terlalu lelah pura-pura baik-baik saja. Tapi, jujur saja, di balik  senyum tipis itu, ada sebuah pertanyaan abadi yang seringkali bikin perut mules tiap malam:  “Lalu, mau ke mana hidupku setelah ini?” Pertanyaan yang sama sekali tidak ada di silabus  kuliah manapun, dan tidak ada satupun dosen yang punya jawabannya. Ini bukan sekadar galau remaja akhir pekan. Ini adalah sebuah episode dalam hidup yang  oleh para ahli disebut sebagai ‘ quarter-life crisis ’, sebuah masa ketika usia kepala dua datang  menyapa, dan...

Suara Anak Bangsa

Gambar
Gambar dibuat oleh AI Penulis:  Aulia Nurul Farikha (Kader PK IMM Eureka) Di sini kami berpijak, di atas tanah air yang kami cinta. Di sini kami belajar, meski hanya beralas usangnya meja. Kami mendamba ilmu, bukan senjata. Kami butuh ruang, bukan gusuran semata. Kami menuntut keadilan, bukan janji penuh dusta. Jangan rampas masa depan kami hanya karena kami lahir tanpa kuasa dan harta. Karena kami juga anak bangsa— yang ingin menjadi cahaya.

Anotasi tentang Pengaruh dan Kedudukan dalam Organisasi

Gambar
Gambar dibuat oleh AI Penulis: Immawan F (Kader IMM Unesa) Beberapa tahun yang lalu dalam sebuah perbincangan malam sederhana di warung kopi, seorang kawan bukan pejabat, bukan motivator, hanya teman diskusi malam yang kebetulan lebih dulu menua di kampus melontarkan satu kalimat sederhana yang terus terngiang " Pangkat boleh prajurit, tapi pengaruh harus jenderal ." Kalimat itu meskipun diucapkan dengan nada santai justru membuka ruang kontemplasi. Ia menjadi lensa baru bagi saya untuk meninjau ulang dinamika yang kerap muncul dalam ekosistem yang kita sebut organisasi. Ini bukanlah sebuah panduan atau tips kepemimpinan, melainkan sekadar catatan pribadi. Sebuah anotasi dari apa yang saya lihat dan rasakan tentang dua entitas yang seringkali dianggap sama, namun nyatanya bekerja pada frekuensi yang berbeda: kedudukan  dan pengaruh . Kedudukan: Otoritas yang Tertera di Atas Kertas  Dalam pengamatan saya, kedudukan formal enta h itu Ketua Umum, ketua bidang, atau Sekretaris ad...