Ruang Hening di Tengah Riuh Dunia Digital

gambar dari pinterest

Penulis: Ellys  Ade Syuraya (anggota bidang TKK PK IMM Educare)

Dunia semakin bising dengan teknologinya. Notifikasi tak pernah berhenti, chat, reels, dan story semua membuat kita serasa sibuk. Generasi sekarang tumbuh dengan banyak hal yang seru. Namun, di tengah riuhnya dunia digital, hati kita justru hening dan semakin kosong rasanya. Pernahkah kamu scroll media sosial berjam-jam untuk mencari hiburan, tapi setelah itu bukan kesenangan yang hadir, justru kamu merasa kosong? Atau saat melihat pencapaian orang lain, hatimu mulai gelisah dan merasa kecil? Atau pikiranmu dipenuhi dengan kekhawatiran dan keraguan terhadap diri sendiri? Kita mungkin terlihat produktif, tapi kita kurang menyadari bahwa batin kita memberi sinyal kelelahan. Kita mampu untuk terhubung ke mana-mana, dengan siapapun, tapi terkadang kita lupa sehingga tidak benar-benar terhubung ke diri sendiri atau ke Allah. Mungkin ada yang secara perlahan, diam-diam terkikis dari hidup kita, yaitu kedekatan dengan Allah.

Seringnya mengakses media sosial membuat kita terbiasa dengan lonjakan dopamin yang secara instan membangkitkan emosi bahagia kita. Overstimulasi dopamin menimbulkan kecanduan, lebih sulit untuk fokus, cenderung prokrastinasi, dan menjadi lebih impulsif. Kondisi itu dapat mengganggu kedekatan kita dengan Allah. Ketika salat, pikiran kita masih tersangkut ke hal lain. Ketika zikir pun begitu, hanya jari yang bergerak dan mulut yang bicara, tapi hati dan pikiran tidak sepenuhnya hadir. Tanpa kita sadari, mungkin kita mulai kehilangan keheningan batin untuk benar-benar merenung. Saat kita memilih berhenti sejenak untuk merenungi ciptaan Allah dan perjalanan hidup yang telah kita jalani, di sinilah ibadah berubah menjadi terapi spiritual yang menghidupkan dan menyejukkan hati.

Merenung (tafakur) memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Tafakur bukan sekadar merenung, tetapi bentuk ibadah yang menguatkan iman, menenangkan jiwa, dan merasakan kedekatan kita dengan Sang Pencipta. Dalam Al-Qur’an pun, Allah memuji hambanya yang bertafakur: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi …” (QS. Ali Imran: 191). Imam Al-Ghazali menyebut bahwa tafakur selama satu jam lebih baik daripada ibadah sunnah selama satu tahun, tentunya jika tafakur itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran hati. Tafakur bisa kita lakukan dengan mengamati ciptaan Allah, mengingat nikmat Allah, merenungi perjalanan hidup, dan ayat-ayat Al-Qur'an. Saat seseorang menyadari betapa kecilnya dia di hadapan ciptaan Allah, disaat itulah tafakur sebagai terapi spiritual. Tafakur membantu kita untuk memusatkan pikiran kepada Allah dan melepas keraguan yang membelenggu sehingga kekosongan hati perlahan mereda.

Rasulullah pun sering menyendiri di Gua Hira, bukan untuk kabur dari dunia atau tugasnya, melainkan untuk terhubung lebih dalam dengan-Nya. Kita tidak harus lari ke pegunungan atau gua untuk kembali menghidupkan hati. Tafakur tidak membutuhkan waktu tertentu maupun tempat khusus. Kita bisa memulai dengan menciptakan ruang hening, kesadaran, dan niat yang jujur di tengah-tengah hari yang sibuk. Mungkin kita dapat memulai dengan menerapkan digital detox, memberikan jeda atau istirahat 15-30 menit setelah satu jam penggunaan media sosial. Kita juga bisa mengganti waktu scroll dengan aktivitas offline yang lebih produktif untuk memberi ruang bagi pikiran dan hati agar beristirahat. Agar lebih teratur, kita bisa mengaktifkan timer atau mengatur batas waktu akses agar aplikasi menutup otomatis setelah melewati durasi tertentu. Praktik sederhana ini bisa menjadi ikhtiar untuk menciptakan ruang hening bagi hati kita. Kita tidak harus menjadi super alim dulu untuk merasa dekat dengan Allah. Kita hanya perlu memberi jeda sejenak, ciptakan ruang hening, biarkan hati bicara untuk mendekat, dan hadirkan Allah disetiap jeda. Allah tidak pernah menjauh, tapi kita perlu untuk selalu mendekat kepada-Nya.

 

 

 

 

 

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url