Menjadi Jangkar, Bukan Sekadar Buih
Gambar dibuat oleh AI Penulis: IMMawan F (Kader IMM Unesa) Arus zaman bergerak begitu deras, seringkali keruh dan membingungkan. Di tengah pusaran ini, kita menyaksikan banyak hal yang mengapung di permukaan: gagasan-gagasan yang riuh, retorika yang memukau, dan citra diri yang dipoles dengan cemerlang. Mereka adalah buih-buih yang tampak besar dan menyita perhatian, namun begitu rapuh dan mudah lenyap diterpa angin. Namun, kepemimpinan sejati tidak dibangun di atas buih. Ia adalah jangkar yang kokoh, yang diturunkan dalam sunyi ke dasar yang paling dalam. Ia tidak terlihat, namun kekuatannya mampu menahan sebuah kapal besar di tengah badai. Ini adalah sebuah perenungan tentang tiga elemen yang menempa seorang pemimpin menjadi jangkar, bukan sekadar buih. Sebuah karakter utuh yang lahir dari akal yang jernih, hati yang mendengar, dan tangan yang bekerja. Akal yang Jernih: Berpikir Sebelum Berlayar Kepemimpinan yang dangkal lahir dari reaksi. Ia panik merespons setiap gelombang, m...