Ketika Kader Menekan Kader: Krisis Diam-Diam dalam Tubuh IMM

gambar dari pinterest

Penulis: M. Sayyid Mushaddaq (Sekretaris bidang kader koorkom periode 2023/2024)

Dalam perjalanan kaderisasi, IMM selalu menanamkan nilai-nilai dasar berupa religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Nilai-nilai ini bukan sekadar slogan, melainkan arah gerak bahwa kader IMM dididik bukan hanya untuk berpikir, tetapi juga untuk bertindak. Terutama ketika berhadapan langsung dengan realitas sosial yang menuntut kepekaan, keberanian, dan keikhlasan.
 
Namun dalam praktiknya, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan yang menggelisahkan, semangat untuk bergerak terkadang dibenturkan dengan belenggu formalisme. Ketika kader berinisiatif menjawab kebutuhan ikatan dengan maupun tanpa arahan struktural, reaksi yang muncul tidak selalu berupa dukungan. Ada kalanya, yang muncul justru kecurigaan, tekanan administratif, bahkan penghakiman yang dibungkus dalam bahasa organisasi.
 
Tanpa disadari, ini menjadi gambaran dari krisis yang lebih dalam, krisis saling percaya antar kader. Sebuah persoalan yang tidak selalu terlihat dalam laporan kegiatan, tapi terasa dalam percakapan sehari-hari, dalam cara kita menegur, mengingatkan, dan memperlakukan satu sama lain dalam ruang gerakan.
 
IMM mendidik kadernya untuk berpikir kritis, tapi adab berpikir tidak cukup bila tidak dibarengi adab menyampaikan. Dalam sejumlah ruang komunikasi internal, kita kerap temui kalimat-kalimat bernada interogatif kepada sesama kader, mempertanyakan prosedur, simbol, atau teknis kegiatan tanpa lebih dulu memahami konteks dan semangat gerakannya.
 
Padahal kritik dalam ikatan bukan sekadar soal apa yang disampaikan, tapi juga bagaimana dan mengapa itu disampaikan. IMM sebagai gerakan intelektual sejatinya mendidik kader untuk memahami bahwa kritik tidak identik dengan kecurigaan, dan ketegasan tidak boleh menghilangkan empati.
 
Jika komunikasi kita antar kader lebih sering membuat lelah daripada menguatkan, maka ada yang perlu kita periksa? Bukan hanya pada orang lain, tapi pada diri kita sendiri.
 
Struktur organisasi penting. Tapi ia seharusnya hadir sebagai fasilitator gerakan, bukan menjadi tembok penghambat. Ketika kader mengambil inisiatif dalam gerakannya untuk ikatan, itu adalah cerminan dari keberhasilan proses perkaderan. Maka tugas struktur bukan menginterogasi, melainkan mendampingi, mengarahkan, dan memastikan bahwa nilai-nilai IMM tetap menjadi landasan geraknya.
 
Jika terlalu kaku pada prosedur, kita bisa kehilangan momentum gerakan. Jika terlalu curiga pada sesama kader, kita kehilangan ruh kolektivitas. Dan bila kita terlalu fokus pada formalitas, kita bisa saja mengabaikan kebutuhan riil masyarakat yang sedang menunggu kehadiran IMM.
 
Membangun Budaya Saling Percaya
 
Dalam ikatan, kita adalah saudara seide, seperjuangan, dan seiman. Maka sudah semestinya yang kita bangun adalah budaya saling percaya, bukan saling menekan. Kita boleh menegur, tapi mari pastikan teguran itu lahir dari niat untuk menguatkan, bukan menunjukkan kuasa. Kita boleh mengkritik, tapi dengan harapan agar kader tumbuh, bukan agar ia merasa salah.
 
IMM tidak sedang kekurangan kader yang aktif berpikir. Tapi IMM akan kehilangan arah jika para kadernya kehilangan kepercayaan satu sama lain.
 
Penutup: Merawat Ikatan dengan Nilai
 
Tantangan ke depan semakin besar. IMM tidak bisa berjalan hanya dengan spanduk, proposal, dan lainnya. IMM akan tetap hidup jika nilai-nilainya dijalankan dalam tindakan, dan jika kader-kadernya saling menumbuhkan, bukan saling mengerdilkan.
 
Kita semua pernah salah langkah. Tapi lebih penting dari itu adalah keberanian untuk saling memperbaiki, tanpa kehilangan rasa hormat pada sesama.
 
Karena di dalam ikatan ini, tugas kita bukan hanya sekedar membesarkan nama IMM, tetapi juga membesarkan jiwa para kaderanya.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url