"Iki Kere Ask": Jika Proses adalah Luka, Maka Bertahan adalah Bentuk Cinta Paling Nyata.
| Dokumentasi Musykom-musykoorkom ke-XXVII IMM Unesa |
Ada frasa dalam bahasa Turki yang cukup terkenal: “iki kere ask”. Kalau kamu mencintai seseorang, kamu mencintai mereka dua kali.
Yang pertama terjadi dengan mudah, kamu jatuh cinta pada senyum dan tawanya, wajah cantiknya, cara mereka berbicara atau bagaimana meraka menyebut namamu seolah itu berarti sesuatu. Itu adalah versi dari mereka yang mudah dicintai, yang mereka tunjukkan kepada dunia.
Tapi waktu berlalu, topeng itu terlepas, kamu mulai memperhatikan bagian-bagian yang mereka sembunyikan. Kecemasan, ketakutan, keheningan yang berlangsung terlalu lama, kebiasaan kecil yang berasal dari luka besar dan disitulah kebanyakan orang pergi.
Tapi jika kamu tetap tinggal…. bahkan setelah mengetahui semua kekacauan yang telah kamu lihat, bahkan saat tidak mudah untuk bertahan, dan kamu masih memilihnya. Itulah saat dimana kamu jatuh cinta untuk kedua kalinya, itulah cinta yang sesungguhnya. The real and solid love. Love thats says: I see you, and I’m not going anywhere. Aku telah melihat semuanya, dan aku tak akan kemana-mana.
Karena setelah semua yang berat dan berantakan ditunjukkan, mengucap “aku cinta” bukan lagi perkataan biasa, melainkan sebuah janji untuk bertahan, untuk menerima semua apa adanya.
Pun layaknya di ikatan ini, banyak kader mungkin terdorong masuk di ikatan ini dengan alasan yang simple, seperti karena kegiatan sosialnya, relasi yang menjanjikan, fasilitas kontrakan murah atau bahkan sekedar mencari kegiatan yang positif.
Namun, seiring waktu, proses itu mulai menjadi luka. Kamu mungkin dihadapkan pada realitas organisasi yang keras: seperti konflik yang tidak berkesudahan, rapat malam merenggut waktu istirahat, dan perbedaan idealisme menciptakan friksi tajam di internal.
Di titik ini, Kita harus menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, Hidup adalah perjalanan belajar tanpa akhir. Kadang kita melukai, kadang juga kita yang terluka. Semua orang pernah salah langkah, keliru dalam mengambil keputusan, atau bahkan gagal dalam memahami sudut pandang orang lain.
Banyak kader memilih mundur. Tetapi, di tengah proses yang menyakitkan itu, kamu justru menemukan "cinta kedua" dan memilih bertahan. Kamu menyadari bahwa pengabdian bukan lagi tentang apa yang bisa ikatan ini berikan kepadamu, tetapi tentang apa yang kamu berikan kepada umat dan Ikatan. Pilihan untuk tetap mengabdi, meski harus meredam ego dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Karna jika proses adalah luka, maka bertahan adalah bentuk cinta paling nyata.
NB: hanya copas2 dari:
iki kere ask
Hidup adalah perjalanan belajar tanpa akhir.
intinya ayok lanjot koorkom teman2🏃
BalasHapus