Menyelami Arti "Fastabiqul Khairat" dalam Konteks Idul Adha: bukan Perlombaan Materi tapi Lomba Mendekatkan Diri
“Menyelami arti fastabiqul khoirot dalam konteks idul adha”, itulah tema pengajian singkat yang dibawakan oleh ustadz Dwi Jaka, S.Ag., M.Pd dalam penutupan baksos (bakti sosial) yang diselenggarakan oleh IMM Unesa. Bertempat di desa Buluh, kecamatan Socah, kabupaten Bangkalan pada 5-8 Juni 2025 kemarin. Singkatnya, apa isi pengajian singkat tersebut?.
Idul Adha adalah perayaan yang merangkum esensi ketaatan Nabi Ibrahim, pengorbanan Nabi Ismail, dan keikhlasan Hajar. Ia adalah momen refleksi mendalam tentang makna memberi. Lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan, Idul Adha adalah undangan untuk menyembelih ego, menanggalkan belenggu keserakahan, dan mengikis habis karat-karat ketidakpedulian.
Fastabiqul khairat; sebuah ajakan universal untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Ini adalah perlombaan tanpa medali yang tampak, tanpa piala yang berkilauan. Ganjarannya adalah kedamaian jiwa yang tak tergantikan, keberkahan yang mengalir deras, dan senyum tulus dari mereka yang tersentuh. Daging kurban yang dibagikan kepada sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung, bukanlah sekadar sedekah biasa. Ia adalah perwujudan nyata dari semangat fastabiqul khairat.
Namun, disinilah letak inti dari fastabiqul khairat dalam kurban. Adakalanya kita terjebak dalam perlombaan materi; siapa yang mampu berkurban sapi terbesar, domba tergemuk, atau bahkan berkurban lebih dari satu ekor. Padahal, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Hajj ayat 37, "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." Ayat ini menjadi pengingat yang begitu kuat bahwa kurban bukanlah ajang pamer kekayaan atau status sosial. Ia adalah jembatan menuju keridhaan-Nya, yang dibangun dari pondasi ketakwaan dan keikhlasan hati.
Berlomba dalam kebaikan berarti berlomba dalam meningkatkan kualitas niat, kejujuran dalam beribadah, dan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Melalui semangat fastabiqul khairat dalam kurban ini, kita sejatinya sedang memahami arti sesungguhnya hidup ini. yakni hanya untuk mengabdi kepada ilahi, pengabdian yang tidak hanya untuk kepentingan diri, tapi juga untuk orang-orang di sekitar kita, semampu yang kita bisa.
Fastabiqul khairat………............💆♂